Pengobatan secara herbal dengan memanfaatkan kandungan Rempah Temu Putih
Temu Putih tanaman yang tumbuh seperti halnya tanman kunir kecur yang
telah dibahas di artikel sebelumnya. Tanaman temu putih tumbuh liar
pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian 0-1.000
m di atas permukaan laut.
Sosok tanaman ini mirip dengan temulawak dan
dapat dibedakan dari rimpangnya. Tanaman ini tingginya dapat mencapai 2
m. Batangnya merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah
daun yang tumbuh dari rimpangnya, berbentuk silindris dan lunak.
Untuk membedakan tanaman ini dengan spesies lainnya adalah dari segi
bentuk tanaman mempunyai salah satu cirri yang berbeda dari tanaman
lainnya, Salah satu ciri khas dari spesies ini adalah adanya warna
ungu di sepanjang ibu tulang daun. Helaian daun berwarna hijau muda
sampai hijau tua dengan punggung daun berwarna pudar dan berkilat
(Dalimartha, 2003). Bentuk daunnya bundar, lonjong ke ujung,
pertulangan daun menyirip, warnanya hijau dengan panjang 25-70 cm dan
lebar 8-15 cm.
Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau
kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning muda dengan rasa sangat
pahit. Dari rimpangnya keluar aka-rakar yang kaku dan pada ujungnya
terdapat kantong air (Dalimartha, 2003).
Berbeda dengan kencur, kunyit / kunir dan jahe , tanaman temu putih
Rimpang temu putih rasanya sangat pahit, pedas, sifatnya
menghangatkan, dan berbau aromatik. Ciri khas pada rempah masing
–masing sangat berbeda, namun terkadang bila kita jarang menjumpai
rempah ini sering sekali binggung dengan nama mereka karena bentuknya
hampir serupa tapi tak sama.
Berbagai manfaat dapat ditemukan dari seluruh bagian tanaman temu
putih, mulai dari daun, bunga, rimpang muda, dan rimpang tua. Namun,
rimpang merupakan bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan.
Rimpang muda banyak digunakan untuk bumbu masak, sedangkan rimpang tua
digunakan sebagai bahan baku industri obat dan kosmetika terutama
parfum Di masyarakat, temu putih banyak digunakan sebagai obat kudis,
radang kulit, pencuci darah, perut kembung, dan gangguan lain.
Minyak atsiri temu putih berupa cairan kental kuning emas mengandung monoterpen dan seskuiterpen. Monoterpen Curcuma zedoaria terdiri
dari monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, d-kamfen), monoterpen alkohol
(d-borneol), monoterpen keton (d-kamfer), monoterpen oksida (sineol).
Seskuiterpen dalam Curcuma zedoaria terdiri dari berbagai golongan dan berdasarkan penggolongan
yang dilakukan terdiri dari golongan bisabolen, germakron, eudesman,
guaian, dan golongan spironolakton. Kandungan lain meliputi etil-p-metoksisinamat, 3,7- dimetillindan-5-asam karboksilat (Windono et al, 200
Temu putih memiliki prospek sebagai obat tradisional, sebagai campuran
makanan dan minuman maupun sebagai komoditi ekspor yang
menjanjikan.Berdasarkan penelitian pengalaman (empiris) temu putih
memiliki manfaat menyembuhkan berbagai macam penyakit yaitu antikanker,
asma, hepatitis, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah,
TBC, sinusitis (Afifah dan Tim Lentera,2003; Cheppy,2004)
Komponen utama yang berkhasiat dalam rimpang temu putih adalah
kurkuminoid, flavonoid, polifenol dan minyak atsiri. Temu putih
berkhasiat menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi,
menurunkan kadar kolesterol darah, antibakteri dan sebagai antioksidan
alami penangkal senyawa senyawa radikal bebas yang berbahaya.
MEKANISME KERJA
Zedoarin, kurdiona dan kurkumol. Zat-zat
tersebut ternyata bersifat anti neoplastik merusak pembentukan ribosoma
pada sel-sel kanker dan jaringan liar dengan cara meningkatkan
pembentukan jaringan fibroblast di sekeliling jaringan kanker, lalu
membentuk lapisan limfosit dalam sel-sel jaringan kanker dan
membungkusnya, sehingga sel-sel jaringan kanker tersebut tidak dapat
berkembang, akhirnya sel-sel kanker akan mati, dan tidak menimbulkan
bahaya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar